Pengalaman Hari Pertama PJJ
Pengalaman Hari Pertama PJJ
Ray Rashieka Arsenio (29) – 8E
Senin, 13 Juli, adalah hari pertama dari tahun pembelajaran baru, hari pertama belajar di kelas 8. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena masa pandemi Covid ini, para siswa diwajibkan untuk melakukan PJJ (Pembelaran Jarak Jauh). Sangat berbeda rasanya karena hanya diam di depan layar berjam-jam. Dan twist lainnya adalah teman sekelasnya sama, mungkin karena masih belum puas belajar dengan teman kelas 7.
Seperti
biasa, bangun sekitar jam 5.30 lalu langsung melaksanakan solat Subuh. Setelah
itu duduk sebentar sambil menonton TV atau bermain hp, jika sempat bisa tidur
lagi sebentar. Karena ini PJJ, waktu persiapan berangkat tidak terpotong oleh
waktu perjalanan, sehingga mulai bersiap-siap pun bisa lebih santai. Jam 6
lebih saya baru mandi, setelah mandi saya menyalakan laptop lalu
membuka Zoom sambil sarapan, tak lupa juga absen. Sambil menunggu waktu masuk,
saya makan sarapan yang telah disiapkan, biasanya telur dan nasi. Doa pagi
dimulai jam 6.50.
Karena
masih hari pertama, pagi-pagi yang harusnya sudah mulai belajar berganti
menjadi perkenalan guru dan kelas. Wali kelas baru di kelas 8 yaitu Pak Dedi,
guru AIS. Pak Dedi bertanya tentang struktur pengurusan kelas, murid-murid pun
menjelaskannya kepada Pak Dedi. Setelah perkenalan, itu pelajaran tahun ajaran
baru dimulai.
Karena
PJJ harus di depan layar untuk mendengarkan pelajaran, waktu istirahat
diperpanjang, guna untuk merehatkan mata. 40 menit waktu yang cukup lama untuk
istirahat, saya mengambil beberapa cemilan dan minuman dingin, mirip seperti
jajanan di sekolah. Biasanya saya bersiap di depan laptop 5 menit sebelum
istirahat selesai, sambil bermain HP.
Waktu
pulang sekolah dipercepat jadi jam 12 siang, dari yang biasanya sehabis Ashar.
Namun kadang-kadang pelajaran berakhir sebelum jam 12, bahkan jam 11.30. Jadi
terasa sangat cepat jika PJJ seperti ini. Kenikmatan sendiri kalau jam 12 sudah
selesai pembelajaran yaitu lebih banyak waktu untuk istirahat, dan mengerjakan
pr dapat lebih cepat dimulai, bisa selesai saat sore hari.
Namun
di sisi negatifnya, PJJ kurang efektif, karena tidak bertatap muka secara
langsung, interaksi sangat terbatas dan ditambah oleh waktu yang sangat
singkat. Pelajaran yang berat seperti IPS dan IPA lebih susah dimengerti.
Apalagi pelajaran olahraga, sangat jauh berbeda. Yang biasanya aktivitas fisik
dilapangin, bermain bersama teman, sekarang hanya belajar teori dan luas
lapangan. Dan yang paling penting adalah kurang seru karena tidak bertemu teman
secara langsung.
Hal
yang menyebalkan dari PJJ juga adalah masalah teknis, mulai dari internet WiFi
yang tidak stabil sampai kadang laptop yang freeze. Itu sangat mengganggu saya
ketika mendengarkan penjelasan dari guru, karena suara guru menjadi
terpotong-potong, bahkan sampai videonya tidak terlihat. Karena masalah
internet juga, kadang bahkan sampai disconnected dari Zoom meeting karena
sinyal tiba-tiba terputus, dan membutuhkan waktu yang tidak cepat untung
menghubungkan kembali. Apalagi jika laptop nya yang bermasalah, kalau parah
terpaksa laptopnya di force restart, yang lebih banyak memakan waktu.
PJJ
juga mempersulit beberapa guru, karena tidak semua guru mahir dan familiar
dengan teknologi, apalagi harus menggunakan laptop/PC untuk seluruh kegiatan
pembelajaran. Ditambah dengan berbagai macam aplikasi yang harus digunakan
seperti Zoom dan Google Classroom. Bagi guru yang tidak mahir, akan menjadi
masalah jika terjadi apa-apa pada devicenya, harus menunggu keluargnya yang mengerti
tentang komputer.
Kita
patut bersyukur, karena kita dan sekolah mempunyai peralatan memadai yang
mendukung aktivitas PJJ. Tidak seperti teman-teman lain yang kurang beruntung.
Jangankan punya komputer, mereka saja harus membeli smartphone untuk PJJ.
Comments
Post a Comment